Jumat, 24 September 2010

HATI ANAK KECIL



Saya selalu tersenyum-senyum sendiri mengingat tingkah keponakan kecil saya. Pasti ada saja celotehnya yang membuat saya tertawa, kesal bahkan bingung untuk menjawab. Begitu polos, lugu bahkan mengena dan membuat saya berpikir ulang tentang hidup.

Saya ingin melihat dunia melalui mata kecilnya lagi.
Serasa dunia ini hanyalah putih dan hitam. Putih bila bundanya membelikan coklat kesukaannya, hitam bila saya mencubitnya karena nakal.
Tak ada prasangka berlebih melihat orang lain. Walaupun mereka tetap punya insting merasakan mana orang yang baik untuk didekati dan tidak.
Tidak mengenal kata dendam dan iri yang berkepanjangan,
Juga tidak ada sedih yang berlarut-larut.

Sudah terlalu lama sampai saya lupa bagaimana rasanya pernah punya hati sepolos itu. Dengan dalih pelajaran hidup, kedewasaan, atau kejamnya dunia (kok kayak judul s*itnetron ya..), saya seakan melupakan "cara hidup" pada awal saya bernafas di dunia.
Tapi setelah saya sadar, kenapa begitu sulit untuk kembali lagi?
Sulit rasanya melihat orang tersenyum tanpa ada benak "jangan-jangan", sulit rasanya menolak hal yang sudah dilarang dengan menciptakan area abu-abu lengkap dengan seribu alasannya.

Saya tidak menyesal menjalani hidup tapi saya menyesal akan waktu yang terlalu banyak dibuang untuk menyadari ternyata keindahan hidup ada pada hati seorang anak kecil dan waktu yang semakin sempit untuk kembali pada hati anak kecil saya yang dulu.

*postingan aneh saat melihat adek saya lelap dalam mimpinya*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar